Selasa, 24 November 2009

Kenapa sih harus Bunuh Diri..??

Judul di atas adalah sebuah kalimat yang langsung terlontar begitu saya membaca berita pagi ini di kompas, kalimat yang sebenarnya saya ajukan kepada diri sendiri. Artikel berkategori unik ini sangat membuat hati saya bertanya-tanya apa nda ada cara lain ya untuk menyelesaikan masalahnya, sehingga sampai harus melakukan bunuh diri. Namun rekan kerja saya langsung bisa menjawab pertanyaan tersebut saat saya bergumam dengan suara yang ternyata cukup keras. “Jelas aja dia ga tau cara lain bu, wong banyak manusia yang melakukan bunuh diri juga kok” “Iya sih..tapi kok bisa-bisanya seekor anjing punya pikiran seperti manusia yang bodoh itu ya” Tanya saya lagi kepada teman saya itu “Hahaha..itu mah ga aneh kali buu..Kan anjing ga punya otak sepintar kita manusia, justru kita harus aneh bila ada manusia yang otaknya kok sama ma hewan..” saya mengerenyitkan alis tanda belum begitu paham apa yang dimaksudkan rekan kerja saya tersebut. “gini loh bu” ujarnya seakan tahu persis kebingungan otak saya dalam mencerna kata-katanya tadi. “Pernah dengar pepatah yang mengatakan ’seekor macan tidak akan memakan anaknya sendiri..??” saya mengangguk pelan “Itu tandanya memang hewan ganas tersebut tidak akan menghancurkan anaknya sendiri apalagi kalo sampai memakannya, namun yang terjadi pada manusia tidak demikian hal-nya pada saat ini. Banyak bapak kandung memperkosa anaknya sendiri, kakek membunuh cucunya sendiri, ibu membunuh anak yang baru saja dilahirkannya lantaran anak tersebut buah dari percintaan yang terlarang, bahkan yang lebih menyeramkan lagi ada anak yang memperkosa ibu kandungnya sendiri” saya mencoba mencerna penuturannya yang cukup panjang itu “Trus apa hubungannya dengan kasus bunuh diri diatas” tanyaku langsung “Hubungannya… kalo ada anjing mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari gedung berlantai 3 dikarenakan frustrasi melihat anak-anaknya yang baru saja dilahirkan satu persatu mati tanpa sebab, ya udah biarin aja namanya juga hewan.. wajar dunk kan otaknya dikit. Tapi kalau sampai manusia yang melakukan tindakan tersebut baru lah lo bingung. Kan lo tau manusia itu adalah mahluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan, tapi kok bisa-bisanya melakukan jalan pintas yang bodoh seperti itu” Saya terdiam cukup lama mendengar penuturan rekan kerja saya itu. Benar sekali apa yang di uraikannya, manusia adalah mahluk yang paling sempurna dari semua mahluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Namun kenapa banyak sekali manusia tersebut memutuskan akhir kehidupannya tanpa berpikir kembali. Apakah benar bila aku mati semua beban masalahku juga selesai, atau malah beban masalah tersebut makin menjadi-jadi. Apakah benar bila aku mati semua orang yang mengenalku akan merasa puas&lega, atau malah akan banyak airmata serta hati yang aku sakiti. Apakah benar bila aku mati tidak akan ada pertanggung jawaban di akherat kelak atau malah Tuhan telah siap dengan cambuknya untuk menyambut ku dialam kubur karena aku telah mengecewakannya. Sungguh hal ini membuat saya merasa sedih (bukan karena kisah anjing yang bunuh diri tadi ya) bahkan sangat sedih sekali. Lantaran minggu lalu ada salah satu mantan mahasiswa saya yang berasal dari Lampung melakukan hal yang saya pikir sangat, amat bodoh sekali. Ya.. Mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri dan yang membuat saya tidak bisa tidur saat mendengar berita tersebut adalah dia bunuh diri lantaran putus cinta. Oh..Tuhan, kemana sih pikiran anak itu ya..Padahal dia anak yang pintar, gimana ga pintar wong sebelumnya kuliah disini dapat beasiswa full seratus persen, tapi kok bisa-bisanya mengambil jalan pintas karena hanya FB nya di remove oleh sang mantan yang baru putus beberapa hari. Apa tidak ada pikiran bahwa masih banyak cara untuk mendapatkan pujaan hati yang baru lagi, apa tidak kepikiran bahwa kebahagiaan itu bukan hanya berasal dari yang namanya cinta terhadap lawan jenis saja, lalu apa dia ga mikir juga ya bagaimana perasaan orang-orang yang ia tinggalkan dan mereka mencintainya dengan tulus. Satu hal lagi, tidakkah dia membayangkan begitu terkutuknya dia dihadapan sang khalik karena dia telah sangat mengecewakan-Nya. Marilah kita berpikir dahulu sebelum kita mengambil keputusan, apalagi keputusan mengenai kehidupan kita kelak. Untuk dia (mantan mahasiswa ku) aku berdoa untuk mu dengan doa yang tulus agar engkau dapat di terima disisi-Nya dengan segala keridhoan-Nya, amin.

Selasa, 10 November 2009

Cinta tidak harus berwujud bunga

Kalau kita membicarakan tentang cinta pasti engga akan ada habisnya. Dari kisah cinta yang menyedihkan, berakhir tragis, sampai dengan berujung bahagia. Namun cara pengungkapan cinta yang sering dianggap romantis oleh kaum hawa adalah apabila kaum adam menyatakan rasa cinta dan sayangnya dengan perantara bunga (baik itu bunga bank ataupun bunga kamboja hehehe…), padahal engga semua kaum adam bisa menyatakan dengan bunga loh. Apalagi bila sang kaum adam tersebut bertingkah cuek atau mempunyai sifat pemalu, wah bakalan makin sulit deh kaum hawa berharap sang pujaan hatinya ini akan menyatakan cintanya lewat bunga. Disini saya ingin berbagi cerita tentang kisah sepasang anak manusia yang bisa mengutarakan rasa sayangnya tanpa ada bunga didalamnya. So siap-siap pegang tissu dan cari pasangan yang akan dipeluk (loh..apa hubungannya ya..??) “kisah ini sbg renungan buat kita untuk menyadari bhw cinta tdk hrs berwujud benda” Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal. Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. “Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan” Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”. Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan untukmu, jika kamu dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.” Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan…. “Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya kembali. “Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya.”. “Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika kamu pulang.”. “Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu dirumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu.”. “Kamu selalu pegal-2 pada waktu ‘teman baikmu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.”. “Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’. Dan aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami hari ini.”. “Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.”. “Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu”. “Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.”. “Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu.”. “Untuk itu, sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Sayang, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.”. Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya kembali. “Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu.” “Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.” Saya segera berlari dan membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud “bunga”. Wassalam,

Senin, 09 November 2009

Sudahkah kita bersyukur hari ini..??

Entah kenapa tiba-tiba terlontar pertanyaan ini dalam kepala saya “Sudahkah kita bersyukur hari ini?? Kenapa??” Ehmm.. Jadi teringat cerita dari teman yang dikirimkan via email beberapa waktu lalu. Di katakan dalam cerita tersebut ada seorang pria karena dengan ijin Allah SWT dapat singgah kepintu-pintu dimana para malaikat bertugas. Singkat cerita dari sekian banyak pintu yang dilihat ada dua pintu di ujung persimpangan yang begitu bertolak belakang keadaannya. Pintu yang terletak di persimpangan sebelah kiri terlihat begitu banyak malaikat yang sibuk dengan pekerjaanya. Sedangkan pintu yang terletak dipersimpangan sebelah kanan tampak sepi seperti tidak ada kegiatan sama sekali dalam ruangan tersebut. Sang pria yang di berikan ijin untuk melihat kegiatan para malaikat ini kemudian mencoba bertanya pada malaikat yang menjadi petunjuk (“Guide”, istilah bulenya ;)). “Kenapa dua pintu ini sangat bertentangan ya kesibukannya..” Sang malaikat yang menjadi guide tersebut tersenyum mendengar pertanyaan yang mungkin sering didengarnya. Sang pria pun makin penasaran “Apa yang dikerjakan oleh malaikat diruangan tersebut sehingga tampak sangat sibuk..??” kemudian malaikat membawa sang pria untuk masuk dan melihat sebentar “ini adalah ruangan dimana para malaikat bekerja untuk menyeleksi permohonan-permohonan yang datang dari seluruh manuasia yang ada didunia” Ujar malaikat yang menjadi guide tersebut. Sang pria pun terpana, bayangkan begitu banyak permohonan dan permintaan manusia yang ada dimuka bumi ini, dari permintaan yang ringan sampai permintaan yang sangat tidak masuk akal. Dari permohonan keselamatan sampai permohonan banyak harta. Sang malaikat kemudian mengajak sang pria tersebut keluar dan mampir ke pintu yang mana diruangan tersebut hampir tidak tampak kegiatan yang berarti. “Ruangan apakah ini..??” tanya sang pria “kenapa di ruangan ini tidak terlihat kegiatan..??” Sang malaikat menunduk cukup lama sebelum akhirnya ia menjawab “ini ruangan bersyukur..” jawab malaikat lemah. Sang pria nampak makin bingung “Bersyukur..?? tapi kenapa sepi..??” malaikat yang bertugas dalam ruangan tersebut kemudian berdiri menerangkan kepada sang pria “Itulah manusia..Setelah permohonannya terkabul jarang sekali ungkapan terimakasih yang terlontar dari dalam dirinya, bahkan ucapan Alhamdulillah pun jarang terucap..” sang pria terdiam, kemudian malaikat tersebut berdiri dihadapan sang pria “Tahukah kalian udara yang kalian hirup saat bangun dari tidur itu dari mana, makanan, pakian, tempat tinggal dan kehidupan yang kalian peroleh itu tidak datang serta merta tanpa seijin-Nya..Tapi…seberapa sering kalian bersyukur, seberapa banyak ucapan terimakasih yang kalian kirimkan untukNya… Bahkan tidak sedikit dari kalian terus saja sepanjang hidup mengeluh..mengeluh..dan mengeluh..selalu merasa kurang dan kurang…” Malaikat tersebut diam dan tidak dapat meneruskan kata-katanya. Air mata sang pria tanpa terasa berlinang, seperti ada godam besar memukul dadanya, kemudian ia terbangun… Ternyata sang pria tersebut bermimpi, tapi airmata yang mengalir tidak dapat ia hentikan, ia merasa malu dengan dirinya yang selalu merasa kurang dan kurang, selalu mengeluh dan mengeluh… Well… Akan kah kita seperti sang pria tersebut (yang sering mengeluh dan mengeluh..) ataukah kita tidak ingin memberikan kegiatan kepada malaikat yang bertugas mengumpulkan ucapan terimakasih kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita hidup sehingga kita masih bisa merasakan detak jantung serta udara melalui hidung kita, masih bisa melihat dunia lewat mata kita, masih bisa merasakan makanan melalui mulut dan lidah kita, masih bisa mendengar suara-suara indah dari telinga kita, masih bisa merasakan lembut angin melalui kulit kita. Sekarang coba kita bayangkan bila salah satu indera tersebut Allah hentikan, akankah kita merasa nyaman dengan kehidupan ini..?? Marilah kawan..kita tanyakan pada diri kita sekarang juga “Sudahkah saya bersyukur hari ini..??” Walau tanpa harta yang berlimpah, walau tanpa pakaian bermerk nan indah, walau tanpa makanan yang super lezat dan banyak, walau tanpa rumah bertingkat, walau tanpa gaji yang berjuta-juta, walau tanpa pasangan yang tampan ataupun cantik. Hidup itu hanya sesaat kawan..Mari kita hargai dan nikmati dengan sabar dan ikhlas, tanpa mengeluh dan tanpa menyesal.. Seperti yang D’massiv ungkapkan “..Syukuri apa adanya Hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini.. Melakukan yang terbaik..Jangan menyerah..Jangan Menyerah…Jangan Menyerah…” Wassalam,

Kamis, 05 November 2009

Jangan hujat saya karena saya..

Jangan hujat saya… itu adalah beberapa kata yang pernah saya ungkapkan pada seorang teman semasa kuliah ketika saya duduk didekatnya. Saya adalah seorang perempuan yang berasal dari pulau sebrang, sumatera selatan tepatnya. Saya asli pribumi namun perawakan saya seperti warga keturunan cina. Dulu sewaktu saya masih duduk dibangku SMP saya sering sekali mendengar teman-teman saya memanggil saya cina. Awalnya saya tidak peduli, namum lama kelamaan saya jadi jengah sehingga sewaktu siang saat pulang sekolah saya berteriak kepada teman saya itu..”Aku bukan cina tau..kalopun aku cina emangnya kenapa..!!” sontak banyak mata dikelas saat itu menatap ku. Mereka tampak terkejut dengan jawabanku yang selama ini selalu diam bila diejek seperti itu. Bukan itu saja ejekan-ejekan yang saya terima, bahkan saat saya sudah beranjak remaja dan saya sudah mulai mengenal yang namanya cinta monyet (bukan mencintai monyet y.. )saya punya kejadian yang membuat saya kecewa dengan diri saya. Kejadian ini terjadi saat saya duduk dibangku SMA kelas 3, pacar saya dimasa itu bermaksud untuk mengenalkan saya pada orangtuanya, awalnya sangat menyenangkan perbincangan yg terjadi antara saya dan ibunya, namun pembicaraan tersebut berubah menjadi mimpi buruk bagi saya saat orangtua pacar saya menanyakan asal daerah saya. “Asli mana nak..??” tanya si ibu pacar saya saat itu dengan wajah manis dan ayu “Saya asli dari Palembang bu..lahir disana dan orangtua saya juga asli Palembang” seketika raut wajah sang ibu berubah “oh Palembang..” dengan nada agak sedikit terdengar sinis, kemudian masuk kedalam dan tak keluar lagi sampai saya pamitan pulang. Sempat terbesit pertanyaan dalam hati ‘memangnya kenapa kalo saya orang Palembang atau mungkin orang Padang atau bisa juga asli Medan..??’ Besoknya pacar saya memutuskan saya dengan mengatakan bahwa ibunya tidak setuju dengan saya karena saya orang Palembang. Saya sempat tanya kenapa?? Tapi pacar saya diam dan kemudian pergi. Sungguh ironis sekali bukan?? Bila kita melihat fenomena tersebut. Itulah yang memang terjadi pada beberapa teman saya dan saya sendiripun pernah mengalami hal tersebut saat saya pertama kali menggunakan jilbab. Awal saya menggunakan jilbab adalah awal Januari tahun 2001 saat itu saya kelas 3 SMA, banyak komentar-komentar yang menurut saya aneh keluar dari teman-teman disekitar saya “kok tanggung banget sih pake jilbabnya, kenapa tidak nanti saja pas lulus sekolah..” “ya..kok pake jilbab, ga bisa gabung bareng lagi deh kita..” “Alaaah..paling pake jilbab cuma mo kelihatan alim kan..” “wah udah tobat nasuha lu cin..” komentar tersebut ada yang saya jelaskan secara langsung namun ada juga yang saya jawab dengan seulas senyuman saja. Saya hanya berpikir kenapa sih bila saya berjilbab, toh saya tetaplah saya yang dulu cuma penampilan saya dan tingkah laku saya aja kan yng berubah sedikit. Saya pikir bukan alasan untuk tidak bisa bergaul bila saya memakai jilbab dan bukan satu jaminan besar bila seseorang berjilbab itu alim, semua tergantung dari pribadi masing-masing. Dari beberapa kejadian diatas saya ingin mengajak para pembaca atau kalian yang mungkin suka membedakan teman atau pergaulan berdasarkan ras, penampilan dan harta, please stop..!! Tuhan saja tidak menilai umatnya berdasarkan itu, bila kami yang terlahir dengan darah keturunan dari cina atau indo kemudian kami dibedakan tentu bukan kami yang mau dilahirkan seperti itu. Jikalau kami tahu itu sebelumnya tentu kami akan meminta kepada Tuhan agar kami jangan terlahir dari darah campuran, jangan terlahir dari daerah yang dianggap buruk atau jangan lahirkan kami dengan mata yang sipit, hidung yang mancung, kulit yang putih pucat agar kami tidak dibedakan dalam pergaulan, agar kami tidak diperlakukan seakan-akan kami ini mahluk luar angkasa. Tolong jangan hujat saya karena saya keturunan Cina… Tolong jangan hujat saya karena saya berwajah indo (Bule).. Tolong jangan hujat saya karena saya orang Palembang, karena saya asli Batak, karena saya berasal dari Kalimantan, karena logat saya jawa, karena saya lahir di Sunda, karena saya berjilbab, karena orang tua saya hanya buruh panggul, karena saya tidak punya kendaraan…. Tolong jangan hujat kami karena perbuatan segelintir orang yang demi kepentingan dirinya kemudian merugikan orang lain… tolong jangan hujat saya karena saya mengungkapkan fenomena ini…

Kamis, 29 Oktober 2009

Surat Seorang Ayah dari Alam Kubur

Dalam suatu kesempatan penulis bertemu dengan seseorang yang ‘alim (berilmu) dan taat. Karena sering bertemu kami saling bertukar pendapat tentang kehidupan dan kematian. Itu terjadi sekitar puluhan tahun yang silam. Belakangan penulis mendengar khabar bahwa dia telah dipanggil Allah. Sesama muslim penulis merasa kehilangan. Sambil menahan rasa haru dan meneteskan air mata penulis berujar: “Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Ya allah kami ini milikMu dan kepadaMu juga kami dikembalikan”. Teman-teman meyakini bahwa dia pasti mati dalam “khusnul khatimah”. Sebelum meninggal dia sempat menyiapkan nasehat bagi anak-anaknya, yang dia tulis dalam lembaran-lembaran sederhana. Supaya enak dibaca maka penulis menyajikannya kembali dalam gaya Ayah. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Anak-anakku, pada saat kalian membaca surat ini jangan sedih berkepanjangan. Ayah telah berbeda alam dengan kalian tetapi keberadaan ayah tidak jauh. Bagi ayah kini ruang dan waktu tidak masalah lagi. Dulu pernah ayah jelaskan kepada kalian bahwa ayah insya-allah akan lebih dulu meninggalkan kalian. Ini cukup beralasan. Kalian sudah tahu sejak lama kan bahwa ayahlah yang paling tua di rumah kita - rambut ayah sudah beruban, mata sudah kabur, tulang-tulang sudah sering terasa ngilu. Sering ayah minta kalian untuk merefleksi syaraf-syaraf kaki dan minta dipijit. Jadi ayah yakin pada saatnya dipanggil Allah maka kalian tidak akan terkejut lagi. Yang kalian lakukan sama dengan yang biasa ayah lakukan bila ada teman ayah meninggal yakni mengucapkan kalimah: “Innalillahi wainna ilaihi rojiun”. Setelah itu kalian pasti akan bermusyarah dengan anggota keluarga lain, tetangga dan Badan Amal Kematian tentang pengurusan jenazah, takziah dan sebagainya. Ayah juga pernah pesan dengan kalian bahwa kalau bisa jangan lebih dari 10 jam jenazah ayah segera dikubur. Mengenai tempat dan segala sesuatunya tergantung hasil musyawarah yang kalian lakukan. Anakku, nasehat ini ayah tujukan kepada kalian agar kalian bisa menyimak dengan seksama dan mempraktikkannya atau tidak melakukannya manakala itu tidak baik dilakukan. Sekarang ikutilah selengkapnya nasehat ayah. Anak-anakku: “Jadilah anak shaleh”. Mempunyai anak shaleh merupakan dambaan setiap mukmin, termasuk ayah. Yang dimaksud dengan anak shaleh adalah anak yang selalu berbakti kepada Allah - penciptanya, berbakti kepada orangtuanya dan juga kepada keluarganya dan bahkan kepada semua manusia termasuk tetangga dan teman-temannya. Anak yang shaleh itu selalu berbuat kebaikan dan selalu berusaha untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar. Jadi anak shaleh sangat bertolak belakang dengan anak salah. Anak-anakku, bila engkau masih sekolah atau kuliah, usahakan untuk tidak menjengkelkan orang tua - ibumu. Bila berbuat salah selain tidak mengulanginya segeralah kau meminta maaf. Nak, sopan santunlah engkau kepada orang lain. Engkau juga harus perhatian kepada orang lain. Bila dimintai pertolongan maka tolonglah sesuai dengan kemampuanmu. Bila kau tidak bisa maka katakan dengan terus terang dan memohon maaflah. Anakku, seyogyanya kau harus tahu diri dan tahu balas budi. Tahu diri di sini tahu menempatkan diri. Bila kau berada di tempat orang ramai maka tunjukkan sifat yang baik dan tidak sembarangan berjalan dan berkata-kata. Selalulah meminta permisi dan memberi kode dengan tangan bila ingin berjalan melewati orang yang lebih tua darimu. Dalam berbicara tunjukkan sifat kesederhanaan, yang berarti tidak ada sifat congkak atau sombong sama sekali. Gunakan kalimat awalnya dimulai dengan kata-kata seperti: “menurut hemat saya”, “kalau tidak salah pak”, “maaf pak atau maaf buk yang saya maksudkan begini”. Bila diajak berdebat sebaiknya menghindar. Tapi kalau diajak diskusi tentu dengan sopan layani dan berbicaralah semampumu dengan bahasa yang juga sopan dan simpatik. Bila diajak mengumpat atau memfitnah orang lain jangan mau nak karena itu sangat dilarang agama kita. Anak-anakku, peliharalah kebiasaanmu yang baik-baik. Dalam mengelola waktu kau usahakan agar efektif dan efisien. Upayakan agar buku kerja atau buku agenda selalu ada. Dalam buku agenda itu kau buat catatan tentang apa-apa yang akan dikerjakan secara rinci. Bila ada pertemuan atau ada hal-hal yang penting catat dengan baik. Tidak hanya sekedar mencatat, terapkan dalam kehidupan sehari-hari hal-hal yang baik, sebaliknya bila ternyata yang dicatat itu tidak baik hindarkan. Anak-anakku, jangan kau terlalu menyenangi permainan dan senda gurau. Manfaatkan waktumu hanya untuk hal-hal yang berguna saja. Sepulang dari shalat di mesjid atau dari sekolah susun pakaian di kamarmu. Perhatikan bila ada sampah berserakan di halaman atau di lantai rumah. Cari sapu dan mulailah menyapu. Bila ibumu atau kakak/adik lagi melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci, menstrika pakaian maka dengan senang hati bantulah atau setidaknya kau bertanya: “bu apa yang bisa saya bantu”. Anak-anakku, selalulah kau ingat kapan waktu shalat, kapan kau harus istirahat dan kapan waktu belajar. Jadwal kegiatan selain ada dalam buku agenda juga usahakan agar ada dalam lembaran catatan di dinding sebagai bahan ingatan. Bila belajar bahasa asing seperti bahasa Inggeris jalani dengan sungguh-sungguh untuk selalu menambah “vocabulary” (perbendaharaan kata). Catatan perbendaharaan baru kau tempel di ruangan belajarmu. Ingat dan renungkan mengapa ayah salah satu temanmu, tetangga kita, dulu dari desa terpencil kok bisa sekolah di Inggris atau ibu salah seorang temanmu bisa sekolah di kota besar seperti Jakarta. Anak-anakku, kau harus punya sifat malu. Bila didalam kamar banyak memakai kwh listrik maka segera sadarilah bahwa bayaran rekening listrik mahal. Kasihan dong sama ibu, janda ditinggal ayah harus membayar rekening listrik yang semakin lama semakin meningkat”. Nak, coba seminimal mungkin memakai alat listrik. Hindarkan untuk menghidupkan komputer, televisi, kipas angin, “exaust fan” secara bersamaan. Sebab bila itu terjadi berarti sama saja dengan menganiaya ibu. Pada waktu seperti ini berdoalah untuk kenyamanan ayah di alam kubur. Pupuk semangatmu untuk menjalani hidup lebih baik dan berkah. Anak-anakku, tidak baik bila kau menghabiskan waktu berlama-lama di telepon. Sadarilah bahwa berbicara yang tidak perlu itu sama saja dengan pemubaziran waktu. Pemubaziran waktu itu adalah saudaranya setan. Setan adalah makhluk yang dilaknat oleh Allah. Selain itu, bila rekening telepon tinggi berarti akan menyulitkan hidup kalian. Gaji ibu dan pensiun almarhum ayah jelas akan tersedot untuk banyak keperluan lain. Bayangkan berapa jumlah biaya dibutuhkan untuk biaya makan, untuk rekening PDAM, uang kuliah dan uang sekolah/ongkos jalan adik-adik, serta biaya lainnya. Hal selanjutnya yang selalu kau ingat dan lakukan adalah shalat, mengaji dan membaca taklim rumah serta sekali-sekali mendengarkan taklim di mesjid. Shalat adalah waktu istirahat bagimu. Shalat merupakan ruang dan waktu bagimu untuk mikraj ke langit. Konsultasikan masalah yang kau hadapi. Kepada Tuhan kau adukan kepenatan hati kalian. Di depan tuhanmu menangislah, pintalah petunjuk atau jalan keluar terhadap sejumlah persoalan yang sedang dan akan kalian hadapi. Untuk shalat itu siapkan dirimu dengan sebaik-baiknya. Sebelum shalat periksa apakah pakaianmu bersih. Jangan kencing berdiri karena itu adalah cara anjing. Ingat bagaimana ayah kencing yakni duduk dan bersihkan kemaluan dengan seksama, gunakan air mengalir. Setelah istinja’ ambillah wudhu’ secara sempurna. Basuh tanganmu dengan seksama, bila perlu gunakan sabun atau tanah dan siram beberapa kali. Lanjutkan dengan berkumur-kumur atau gunakan siwak atau sikat gigi. Kemudian, basuh hidungmu dengan memasukkan air ke dalam hidung satu per satu. Setelah itu nak, basuh muka sebanyak tiga kali, terus basuh tangan kanan dan kemudian tangan kiri hingga ke bagian siku masing-masing juga sebanyak tiga kali. Dalam membasuh anggota badan itu katakan dalam hatimu: “ya allah izinkan aku membasuh muka yang suka maksiat ini, tangan yang nakal ini, begitu seterusnya pada waktu kau membasuh kepala, kedua telinga dan kedua kaki. Setelah wudhu’ berdoalah, jangan lupa doa untuk ayah. Sewaktu shalat, nak, lupakan sementara dunia yang fana. Bayangkan saat itu engkau sedang menghadap Zat yang Maha Besar, di sebelah kiri ada neraka di sebelah kanan ada surga. Pada saat shalat itu engkau membayangkan bahwa kakimu saat itu sedang meniti shiroth (jembatan yang setiap manusia melewatinya). Selama shalat dengarkan dengan seksama bacaan imam terutama pada saat kau melaksanakan shalat berjemaah - maghrib, isya dan subuh. Sebaliknya untuk shalat ashar dan zuhur shalatlah juga dengan khusuk. Anggaplah setiap shalat sebagai shalatmu yang terakhir. Ini resep ayah agar bisa khusuk dalam shalat. Anak-anakku, karena shalatnya khusuk, orang pada zaman dahulu dianugerahi sejumlah kecerdasan. Kita juga bisa demikian. Kita akan cerdas secara intelektual, emosional, spiritual, kreatifitas dan bahkan cerdas dalam penderitaan. Di sekolah atau ditempatmu kuliah insya-allah nilaimu akan bagus. Umumnya orang yang memperoleh kecerdasan seperti itu selalu mendapat pujian dari para guru dan dosennya. Ketaqwaanmu kepada Allah insya-allah semakin hari semakin meningkat. Kalian akan dibutuhkan banyak orang atas kepandaianmu itu. Jangan emosional walaupun dimarahi orang lain. Bila ada orang memarahimu tetaplah berkepala dingin. Cerdas kreatifitas artinya engkau akan memanfaatkan kondisi dan keadaan dengan baik. Jangan mau didikte oleh keadaan. Bila sewaktu musim kemarau ada sesuatu yang dapat engkau lakukan untuk kemaslahatan bersama maka lakukan itu. Bila ternyata kau bisa membantu orang lain atau orangtuamu sendiri berupa memperoleh kesempatan untuk bekerja maka hal seperti itu lakukan saja. Yang penting uang yang kau peroleh halal. Cerdas dalam penderitaan merupakan puncak dari segala kecerdasan. Kalau di dunia ini ada anak muda menderita maka yang paling menderita adalah nabi Yusuf a.s. Dimasukkan oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur selama 3 x 24 jam, dimasukkan ke dalam penjara sekitar 7 tahun tanpa pengadilan atau dimusuhi saudara-saudaranya bertahun-tahun. Nabi Yusuf juga difitnah memperkosa. Dia juga dijadikan budak belian setelah ditemukan di dalam sumur. Karena itu anak-anakku, selalulah berprasangka baik kepada Allah. Meskipun kau ada dalam penderitaan - entah lapar, sedikit uang, pakaian sederhana, buku-buku dan peralatan sekolah terbatas - tetap tegar dan bersemangat yang pantang menyerah. Pada saat seperti itu kau akan memiliki semangat baru apalagi bila terkenang dengan almarhum ayahmu. Anak-anakku, syukur kepada Allah selalulah menghiasi hatimu. Selalulah kau membandingkan keadaan dirimu dengan anak-anak lain yang kondisinya jauh lebih memprihatinkan. Bila ternyata kau hanya sekali-sekali makan tidak usah susah, yang penting tetap sekolah. Untuk ongkos atau biaya sekolah tentu ibumu akan selalu berjuang dengan segala cara yang halal. Bila ternyata suatu saat harus mengelola lahan di halaman rumah untuk sesuatu agribisnis misalnya pengusahaan anggrek, berdagang atau usaha lainnya maka dengan senang hati bantu ibu atau saudaramu. Pertimbangan dengan matang apakah perlu bergabung dengan tetangga atau siapa saja untuk melakukan hal yang baik-baik. Tentang hal seperti itu selalu tanya apa pendapat ibu kalian. Suatu hal yang penting nak agar kau tidak sembarangan dalam memilih teman. Jangan pernah menyukai orang yang nakal misalnya suka main gaple, berjudi, menonton film porno, bermain bola sodok, atau yang tidak baik lainnya. Jangan kau berteman dengan orang yang merokok, tidak istiqoma dalam shalat, durhaka dengan orangtuanya dan tidak disiplin dalam penggunaan waktu. Jangan kau keluyuran, menghamburkan uang untuk hal yang tidak perlu dan bermain-main dengan dengan lawan jenisnya, apalagi bila harus berdua-duaan dalam kamar atau menonton bioskop. Ayah ingatkan agar kau bersifat anti dengan narkoba, minuman memabukkan, nongkrong di bar atau cafe dan kegiatan sejenisnya. Bila telah ada calon jodoh maka segeralah menikah. Musyawarah juga dengan ibumu apakah dia ingin menikah lagi. Ayah meridhoi semua yang baik-baik, apalagi itu memang perintah Allah. Anak-anakku, ayah anjurkan agar kalian selalu shalat malam (qiyamul lail). Ini perintah Allah dan sunnah nabi kita. Pada sekitar pukul 3.00 hingga pagi hari lakukan kegiatan-kegiatan yang dicontohkan rasul Muhammad s.a.w., para sahabat dan orang-orang sholeh lainnya. Lakukan shalat tahajud, shalat taubat, shalat hajat, dan shalat witir. Setelah itu baca al-qur’an dan tilawahnya. Kemudian lakukan zikir hingga waktu subuh. Setelah zikir berdoalah kepada Allah, mohon kepada-Nya untuk dicarikan jalan keluar terhadap banyak permasalahan dirimu, ibumu atau anggota keluarga yang lainnya. Jangan lupa mendoakan ampunan dan kemaslahatan serta hidayah bagi kaum muslimin seluruhnya. Hingga di sini dulu nak catatan ayah buat kalian. Berhentilah menangis, senyumlah sejenak. Ayah masih ada nasehat untuk kalian. Anak-anakku, “Meskipun kita telah berbeda alam kalian harus mengerti bahwa setiap hari Senin dan Jum’at ayah akan selalu memperoleh laporan dari malaikat yang bertugas untuk itu tentang bagaimana amal-amal kalian. Untuk kalian camkan dalam hati bahwa ayah bisa senang pada saat-saat itu manakala dilihatkan amal-amal baik dari keturunan/zuriyat ayah. Sebaliknya ayah akan sedih manakala malaikat memperlihatkan catatan amal anak-keturunan ayah yang banyak berbuat kemaksiatan. Terserah mana yang akan kalian pilih. Karena pada saatnya nanti ayah sudah tidak bersama kalian lagi. Sebelum ayah mengakhiri nasehat ini ayah telah berdoa kepada Allah agar kalian selalu dalam hidayah-Nya dan anak-keturunan kalian semua menjadi pimpinan orang-orang yang bertaqwa”. Aamin ya Allah yarabbal ‘alamin. Dari ayah yang telah tiada

istri cerewet

Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun sama. Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar. Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun? Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut? 1. Benteng Penjaga Api Neraka Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat. Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat. Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah. 2. Pemelihara Rumah Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran. Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani. 3. Penjaga Penampilan Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu. 4. Pengasuh Anak-anak Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu. 5. Penyedia Hidangan Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami. Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah. Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji. Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya

Bersabarlah “Allah SWT tahu mana yang terbaik Bagi Kita..”

Seorang ibu penjual tempe merasa Tuhan tidak mendengar doanya, karena tempe buatannya masih belum jadi. Bukan sekali dua kali dia bikin tempe. Padahal dia harus menjual tempe untuk menafkahi hidupnya. Di Karangayu, sebuahdesa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. .." demikian dia selalu memaknai hidupnya. Suatu pagi, setelah salatsubuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atasmeja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh.Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi tempe. Di tengah putus asa,terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..." Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu olehkapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Diayakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang,dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah.Bantulah aku, kabulkan doaku..." Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. "Keajaiban Tuhan akan datang... pasti," yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "tangan" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe!" batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... diaterlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, airmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk. Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat... Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya?" Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe..." Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe..." "Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, pembaca?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah!" pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?" "Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Shalauddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?" -------------------------------------------------------------------------------- Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan" Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. Padahal, Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah SEMPURNA.

Istimewanya Menjadi Istri dalam kacamata Islam

Suatu hari Rasulullah S.A.W menyempatkan diri berkunjung kerumah Fatimah az-zahra. Setiba dikediaman putri kesayangannya itu, Rosulullah berucap salam & kemudian masuk. Ketika itu didapatinya Fatimah tengah menangis sambil menggiling Syaiir ( Sejenis Gandum ) dengan penggilingan tangan dari batu. Seketika itu Rosul bertanya kepada putrinya. “ Duhai Fatimah, apa gerangan yang membuat engkau menangis ? Semoga Allah tidak menyebabkan matamu berderai.” Fatimah menjawab. “ Wahai Rosulullah, Penggilingan dan Urusan rumah tangga inilah yang menyebabkan Ananda menangis.” Kemudian duduklah Rosulullah S.A.W disisi Fatimah. Kemudian Fatimah melanjutkan. “ Duhai Ayahanda, sudikah kiranya Ayah meminta kepada Ali, suamiku. Mencarikan seorang Jariah ( Hamba Perempuan ) untuk membantu Ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerja’an Rumah ?”. Maka bangkitlah Rasulullah S.A.W mendekati penggilingan itu. Dengan tangannya beliau mengambil sejumput gandum lalu diletakkannya dipenggilingan tangan seraya membaca BASMALLAH. Ajaib dengan seizing ALLAH S.W.T. penggilingan tersebut berputar sendiri. Sementara penggilingan itu berputar, Rasulullah bertasbih kepada ALLAH S.W.T dalam berbagai bahasa, sehingga habislah gandum itu tergiling.. “ Berhentilah berputar dengan izin ALLAH S.W.T.” maka penggilingan itu berhenti berputar. Lalu dengan izin ALLAH pula penggilingan itu berkata dengan bahasa manusia.” Yaa.. Rasulullah, demi ALLAH yang telah menjadikan tuan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-nya. Kalaulah tuan menyuruh hamba menggiling gandum dari timur hingga kebaratpun niscaya hamba gilingkan semuanya, Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab ALLAH S.W.T. “ Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu, keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak mendurhakai ALLAH terhadap apa yang dititahkannya dan mereka mengerjakan apa yang dititahkannya. Maka hamba takut yaa.. Rasulullah kelak hamba menjadi batu dineraka.” Dan bersabdalah Rasulullah.” Bergembiralah, karena engkau adalah salah satu Mahligai Fatimah az-zahra didalam surga. Maka bergembiralah penggilingan batu itu. Lalu Rasulullah bersabda. ” Jika ALLAH menghendaki,niscaya penggilingan itu akan berputar dengan sendirinya untukmu. Tapi ALLAH menghendaki dituliskan-nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan-nya beberapa kasalahanmu. Dan diangkatnya beberapa derajat untukmu bila wanita menggiling gandum untuk suami dan anaknya. Dan ALLAH menuliskannya setiap gandum yang digilingkannya SATU kebaikan dan mengangkatnya SATU derajat " Kemudian Rasulullah meneruskan nasehatnya. ” Wahai Fatimah, wanita yang berkeringat. Ketika wanita menggiling gandum untuk suami dan anaknya. ALLAH akan menjadikan antara dirinya dan Neraka tujuh parit. Wanita yang meminyaki dan menyisiri rambut anaknya, serta mencuci pakaian mereka. ALLAH akan mencatat pahala seperti memberi seribu orang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang telanjang. Sedangkan wanita yang menghalangi hajat tetanga-tetangganya, ALLAH akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautsar diahari kiamat.” Rasulullah S.A.W masih meneruskan nasehatnya.. ” Wahai Fatimah yang lebih utama dari semua itu adalah keridha’an Suami terhadap Istrinya. Jika suamimu tidak Ridha, aku tidaklah akan mendoakanmu. Tidakkah engkau ketahui, Ridha Suami adalah Ridha ALLAH S.W.T, dan kemarahannya adalah kemarahan ALLAH S.W.T ?” Apabila seorang wanita mengandung Janin, Maka beristigfarlah para malaikat. Dan ALLAH mencatat Tiap – tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit karena melahirkan, ALLAH akan mencatat seperti pahala orang-orang yang berjihad. Apabila ia Melahirkan, keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadan sa’at ibunya melahirkannya. Apabila ia Meninggal dalam melahirkan ia meninggalkan dunia ini tanpa dosa sedikitpun. Kelak ia akan mendapati kuburnya tersebut sebagai taman-taman surga. Dan ALLAH mangaruniakan pahala seribu haji dan seribu umrah. Dan beristigfarlah seribu malaikat untuknya dihari kiamat. ” Wahai Fatimah, wanita yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta dengan niat yang benar. ALLAH S.W.T menghapuskan dosa-dosanya. Dan akan mengenakan seperangkat pakaian hijau, dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut ditubuhnya seribu kebaikan ( setiap helai seribu kebaikan ).. Wanita yang tersenyum dihadapan suaminya, ALLAH memandangnya dengan pandangan Rahmat. .” Wahai Fatimah, wanita yang menghamparkan alas untuk berbaring atau menata rumah dengan baik untuk suami dan anaknya, berserulah para malaikat untuknya. Teruskanlah Amalmu, maka ALLAH telah mengampunimu dari dosa yanglalu maupun yang akan datang.” .” Wahai Fatimah, wanita yang mengoleskan minyak pada rambut dan jenggot suaminya, serta rela memotong kumis dan menggunting kuku suaminya, ALLAH memberinya minuman dari sungai – sungai surga. Dan kuburnya akan menjadi taman di surga. Dan ALLAH menyelamatkannyadari api neraka, serta selamat dari titian Sirotulmustakim. DARI ABDULLAH BIN AMR AL-ASH RA, ROSULULLAH BERSABDA. “ DUNIA ADALAH SUATU KESENANGAN, DAN SEBAIK-BAIK KESENANGAN ADALAH WANITA YANG SHALEHAH.” ( H.R MUSLIM )

Senin, 24 Agustus 2009

4 RAHASIA KESUKSESAN

Suatu kisah yang patut kita coba.. From Sedekah sehari Rp.1000 Berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, saya dipertemukan dengan hamba-Nya yang satu ini. Beliau adalah seorang leader yang selalu mengayomi, memberikan bimbingan, semangat, inspirasi, ide dan gagasan segar. Beliau seorang pemimpin yang mampu menggerakkan ratusan hingga ribuan anak buahnya. Beliau seorang guru yang memiliki lautan ilmu, yang selalu siap ditimba oleh anak-anaknya dan bagai tiada pernah habis. Saat ini beliau memiliki berbagai macam bidang usaha, di antaranya sebagai supplier dan distribusi alat dan produk kesehatan, puluhan hektar tambak, puluhan hektar ladang, berpuluh rumah kos, ruko, stand penjualan di mall, apartemen dan lain-lain. Pernah saya mencoba menghitung, penghasilan beliau bisa mencapai Rp 1 Milyar per bulannya. Suatu hari, terjadilah dialog antara saya dengan beliau di serambi sebuah hotel di Bandung . Sampai akhirnya saya bertanya secara asal, "Pak, Anda saat ini kan bisa dibilang sukses. Paling tidak, lebih sukses daripada orang lain. Lalu menurut Anda, apa yang menjadi rahasia kesuksesan Anda?" Tak dinyana beliau menjawab pertanyaan ini dengan serius. " Ada empat hal yang harus Anda perhatikan," begitu beliau memulai penjelasannya. RAHASIA PERTAMA "Pertama. Jangan lupakan orang tuamu, khususnya ibumu. Karena ibu adalah orang yang melahirkan kita ke muka bumi ini. Mulai dari mengandung 9 bulan lebih, itu sangat berat. Ibu melahirkan kita dengan susah payah, sakit sekali, nyawa taruhannya. Surga di bawah telapak kaki ibu. Ibu bagaikan pengeran katon (Tuhan yang kelihatan). Banyak orang sekarang yang salah. Para guru dan kyai dicium tangannya, sementara kepada ibunya tidak pernah. Para guru dan kyai dipuja dan dielukan, diberi sumbangan materi jutaan rupiah, dibuatkan rumah; namun ibunya sendiri di rumah dibiarkan atau diberi materi tapi sedikit sekali. Banyak orang yang memberangkatkan haji guru atau kyainya, padahal ibunya sendiri belum dihajikan. Itu terbalik. Pesan Nabi : Ibumu, ibumu, ibumu... baru kemudian ayahmu dan gurumu. Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua. Kumpulkan seribu ulama untuk berdoa. Maka doa ibumu jauh lebih mustajabah." Beliau mengambil napas sejenak. RAHASIA KEDUA "Kemudian yang kedua," beliau melanjutkan. "Banyaklah memberi. Banyaklah bersedekah. Allah berjanji membalas setiap uang yang kita keluarkan itu dengan berlipat ganda. Sedekah mampu mengalahkan angin. Sedekah bisa mengalahkan besi.. Sedekah membersihkan harta dan hati kita. Sedekah melepaskan kita dari marabahaya. Allah mungkin membalas sedekah kita dengan rejeki yang banyak, kesehatan, terhindarkan kita dari bahaya, keluarga yang baik, ilmu, kesempatan, dan lain-lain. Jangan sepelekan bila ada pengemis datang meminta-minta kepadamu. Karena saat itulah sebenarnya Anda dibukakan pintu rejeki. Beri pengemis itu dengan pemberian yang baik dan sikap yang baik. Kalau punya uang kertas, lebih baik memberinya dengan uang kertas, bukan uang logam. Pilihkan lembar uang kertas yang masih bagus, bukan yang sudah lecek. Pegang dengan dua tangan, lalu ulurkan dengan sikap hormat kalau perlu sambil menunduk (menghormat) . Pengemis yang Anda beri dengan cara seperti itu, akan terketuk hatinya, 'Belum pernah ada orang yang memberi dan menghargaiku seperti ini.' Maka terucap atau tidak, dia akan mendoakan Anda dengan kelimpahan rejeki, kesehatan dan kebahagiaan. Banyak orang yang keliru dengan menolak pengemis yang mendatanginya, bahkan ada pula yang menghardiknya. Perbuatan itu sama saja dengan menutup pintu rejekinya sendiri. Dalam kesempatan lain, ketika saya berjalan-jalan dengan beliau, beliau jelas mempraktekkan apa yang diucapkannya itu. Memberi pengemis dengan selembar uang ribuan yang masih bagus dan memberikannya dengan dua tangan sambil sedikit membungkuk hormat. Saya lihat pengemis itu memang berbinar dan betapa berterima kasihnya. RAHASIA KETIGA "Allah berjanji memberikan rejeki kepada kita dari jalan yang tidak disangka-sangka, " begitu beliau mengawali penjelasannya untuk rahasia ketiganya. "Tapi sedikit orang yang tahu, bagaimana caranya supaya itu cepat terjadi? Kebanyakan orang hanya menunggu. Padahal itu ada jalannya." "Benar di Al Quran ada satu ayat yang kira-kira artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rejeki dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga" , saya menimpali (QS Ath Thalaq 2-3). "Nah, ingin tahu caranya bagaimana agar kita mendapatkan rejeki yang tidak diduga-duga? ," tanya beliau. "Ya, bagaimana caranya?" jawab saya. Saya pikir cukup dengan bertaqwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan mengirim rejeki itu datang untuk kita. "Banyaklah menolong orang. Kalau ada orang yang butuh pertolongan, kalau ketemu orang yang kesulitan, langsung Anda bantu!" jawaban beliau ini membuat saya berpikir keras. "Saat seperti itulah, Anda menjadi rejeki yang tidak disangka-sangka bagi orang itu. Maka tentu balasannya adalah Allah akan memberikan kepadamu rejeki yang tidak disangka-sangka pula." "Walau pun itu orang kaya?" tanya saya. "Ya, walau itu orang kaya, suatu saat dia pun butuh bantuan.. Mungkin dompetnya hilang, mungkin ban mobilnya bocor, atau apa saja. Maka jika Anda temui itu dan Anda bisa menolongnya, segera bantulah." "Walau itu orang yang berpura-pura? Sekarang kan banyak orang jalan kaki, datang ke rumah kita, pura-pura minta sumbangan rumah ibadah, atau pura-pura belum makan, tapi ternyata cuma bohongan. Sumbangan yang katanya untuk rumah ibadah, sebenarnya dia makan sendiri," saya bertanya lagi. "Ya walau orang itu cuma berpura-pura seperti itu," jawab beliau. "Kalau Anda tanya, sebenarnya dia pun tidak suka melakukan kebohongan itu. Dia itu sudah frustasi karena tidak bisa bekerja atau tidak punya pekerjaan yang benar. Dia itu butuh makan, namun sudah buntu pikirannya. Akhirnya itulah yang bisa dia lakukan. Soal itu nanti, serahkan pada Allah. Allah yang menghakimi perbuatannya, dan Allah yang membalas niat dan pemberian Anda." RAHASIA KEEMPAT Wah, makin menarik, nih. Saya manggut-manggut. Sebenarnya saya tidak menyangka kalau pertanyaan asal-asalan saya tadi berbuah jawaban yang begitu serius dan panjang. Sekarang tinggal satu rahasia lagi, dari empat rahasia seperti yang dikatakan beliau sebelumnya. "Yang keempat nih, Mas," beliau memulai. "Jangan mempermainkan wanita". Hm... ini membuat saya berpikir keras. Apa maksudnya.. Apakah kita membuat janji dengan teman wanita, lalu tidak kita tepati? Atau jangan biarkan wanita menunggu? Seperti di film-film saja. "Maksudnya begini. Anda kan punya istri, atau suami. Itu adalah pasangan hidup Anda, baik di saat susah maupun senang. Ketika Anda pergi meninggalkan rumah untuk mencari nafkah, dia di rumah menunggu dan berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan Anda. Dia ikut besama Anda di kala Anda susah, penghasilan yang pas-pasan, makan dan pakaian seadanya, dia mendampingi Anda dan mendukung segala usaha Anda untuk berhasil." "Lalu?" saya tak sabar untuk tahu kelanjutan maksudnya. "Banyak orang yang kemudian ketika sukses, uangnya banyak, punya jabatan, lalu menikah lagi. Atau mulai bermain wanita (atau bermain pria, bagi yang perempuan). Baik menikah lagi secara terang-terangan, apalagi diam-diam, itu menyakiti hati pasangan hidup Anda. Ingat, pasangan hidup yang dulu mendampingi Anda di kala susah, mendukung dan berdoa untuk kesuksesan Anda. Namun ketika Anda mendapatkan sukses itu, Anda meninggalkannya. Atau Anda menduakannya. " Oh... pelajaran monogami nih, pikir saya dalam hati. "Banyak orang yang lupa hal itu. Begitu sudah jadi orang besar, uangnya banyak, lalu cari istri lagi. Menikah lagi. Rumah tangganya jadi kacau. Ketika merasa ditinggalkan, pasangan hidupnya menjadi tidak rela. Akhirnya uangnya habis untuk biaya sana-sini. Banyak orang yang jatuh karena hal seperti ini. Dia lupa bahwa pasangan hidupnya itu sebenarnya ikut punya andil dalam kesuksesan dirinya," beliau melanjutkan. Hal ini saya buktikan sendiri, setiap saya datang ke rumahnya yang di Waru Sidoarjo, saya menjumpai beliau punya 1 istri, 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Perbincangan ini ditutup ketika kemudian ada tamu yang datang.... oleh: Probo Jatmiko

Jumat, 21 Agustus 2009

Cerita dari sebuah "Meja Kayu.."

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama diruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek. Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air mata pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama. Author Unknown Anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak. Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

Surat sayang dari Allah Swt..

Saat kau bangun pagi hari,,, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin ……. Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja ……. AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk ……… Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU Melihat engkau menggeerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telephone dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan kabar terbaru. AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaKU. Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum menyantap rizki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya …….. masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yg ditampilkan. Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKU ………. Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun namaKU, kau sebut. Engkau menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu. AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata pengharapan, do’a, pikiran atau syukur dari hatimu. Keesokan harinya …… engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU …….. Tapi yang KU tunggu …….. tak kunjung tiba …… tak juga kau menyapaKU. Subuh …….. Dzuhur ……. Ashyar ……….. Magrib ……… Isya dan Subuh kembali, kau masih mengacuhkan AKU ….. tak ada sepatah kata, tak ada seucap do’a, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk kau bersujud kepadaKU ……….. Apa salahKU padamu …… wahai UmmatKU????? Rizki yang KU limpahkan, kesehatan yang KU berikan, harta yang KU relakan, makanan yang KU hidangkan, smua nikmat yang KU berikan,,, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKU …………. Masih kurangkah itu !!!!!!! Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa KU, memohon perlindungan KU, bersujud menghadap KU ……. Yang selalu menyertaimu setiap saat & setiap hembusan nafas mu...